Sunday, November 20, 2016

kebijakan impor beras di indonesia

Kebijakan Perdagangan internasional adalah suatu  aturan yang dibentuk  oleh badan  badan tertentu dalam melakukan perdagangan dunia yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antar perorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara,  perdagangan Internasional menjadi salah satu faktor utama untuk  meningkatkan GDP. Di Indonesia perdagangan Internasional juga terjalin dengan negara  negara luar termasuk yang satu kawasan dengan Indonesia.
Latar Belakang Ekonomi
Beras merupakan komoditi yang sangat utama karena dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Selain sebagai sumber karbohidrat, dua pertiga kebutuhan kalori diperoleh dari beras. Akibatnya, wajar jika beras merupakan komponen yang terpenting dari “indeks harga bahan pangan dan biaya hidup”. Disisi lain, beras juga merupakan sumber lapangan kerja yang terbesar di bidang pertanian, merupakan massive industry yang melibatkan banyak orang (Hatta Sunanta, 2006).

Latar Belakang Politik
Menurut data Food Agriculture Organization of the UN (FAO), menunjukkan perkiraan jumlah penduduk dunia pada tahun 2030 mencapai 8 miliar. Pada tahun 2015, sebanyak 580 juta penduduk dunia akan mengalami kekurangan pangan. Perhitungan ini menunjukkan bahwa negara-negara berkembang di dunia akan semakin tergantung pada impor pangan untuk memenuhi kebutuhan penduduknya yang sangat besar, dan diperkirakan kebutuhan tersebut akan meningkat dari 170 juta ton pada tahun 1995 menjadi 270 ton pada tahun 2030 (Bayu Krisnamurthi, 2006).
Negara Indonesia sebagai negara agraris, maka konsekuensi logisnya kebutuhan akan pangan terutama beras dapat terpenuhi. Namun yang terjadi saat ini justru ironi untuk memenuhi kebutuhan pangan (beras, jagung, kedele, buah-buahan) masih harus impor. Jumlah penduduk Indonesia mengalami peningkatan terus sehingga kebutuhan pangan pun bertambah. Disisi lain, lahan pertanian semakin terbatas akibat alih fungsi lahan maka dalam upaya memenuhi kebutuhan pangan dari produksi terbatas sehingga salah satu cara yang ditempuh pemerintah untuk menjaga ketahanan pangan adalah dengan impor.
    
1.   Kenapa Indonesia melakukan impor beras?
2.   Mekanisme kebijakan impor beras di ?
3.   Aturan hukum
4.   Apa kaitan politik dengan kebijakan impor beras di Indonesia
5.   Apa kaitan ekonomi dengan kebijakan impor beras di Indonesia
6.   Apa dampak dari kebijakan impor beras?


Ada tiga indikator pemerintah untuk mengimpor beras, yaitu produksi, harga, dan stok pemerintah.

 Keuntungan ekspor impor
Keuntungan ekspor antara lain adalah :
1). Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia 
Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk memasarkan produk Indonesia ke luar negeri. Contohnya batik Indonesia yang mulai dikenal di dunia, jika permintaan batik di luar negeri meningkat maka produsen batik di indonesia akan semakin luas pemasaranya. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.
2). Memperluas Lapangan Kerja 
Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi masyarakat. hal ini berhubungan dengan semakin luasnya pasar produk indonesia.kegiatan produksi di dalam negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan kerja semakin luas.

Keuntungan impor antara lain adalah :
1). Memperoleh Barang dan Jasa yang Tidak Bisa Dihasilkan
Setiap negara memiliki sumber daya alam dan kemampuan sumber daya manusia yang berbeda-beda. Misalnya, keadaan alam Indonesia tidak bisa menghasilkan gandum dan Amerika tidak bisa menghasilkan kelapa sawit.
Perdagangan antarnegara akan bisa mendatangkan barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri.
2). Memperoleh Bahan Baku 
Setiap kegiatan usaha pasti membutuhkan bahan baku. Untuk memproduksi mobil dibutuhkan besi dan baja. Untuk memproduksi ember, mangkuk, dan kursi plastik dibutuhkan plastik. Tidak semua bahan baku produksi tersebut dihasilkan di dalam negeri.

Ada beberapa alasan pemerintah mengimpor beras. Di antaranya:

1. Untuk menahan laju inflasi
Beras dianggap komoditi terpenting sebagai indikator pergerakan inflasi, karena beras merupakan makanan pokok sehari-hari rakyat Indonesia. Oleh karena itu diperlukan impor untuk menambah suplai beras agar dapat mengontrol harga dasar beras dan gabah pada umumnya. Sesuai hukum ekonomi supply berbanding terbalik dengan harga.
Namun hal ini tentu saja mengakibatkan efek yang tidak baik bagi para petani Indonesia. Karena harga beras dalam negeri tidak akan bisa menyamai harga beras impor. Akibatnya, banyak petani yang terlantar akibat berkorban bagi kesejahteraan rakyat Indonesia.

2. Karena memang BULOG kehabisan stok beras.
Pada dasarnya produksi beras nasional cukup untuk memenuhi kebutuhan beras nasional. Akan tetapi tidak ada stok cadangan untuk berjaga-jaga. Oleh karena itu perlu mengimpor beras untuk menutupi stok cadangan.
Hal ini tentu saja akan membuat asumsi lain bahwasanya Indonesia tidak mampu memproduksi beras sendiri dan hanya mengandalkan beras impor dari luar negeri.
Akan tetapi, pemerintah menyangkal hal ini. Mereka bilang, stok beras cukup untuk kebutuhan pokok bagi masyarakat sekitar. Mereka berdalih, mengimpor beras demi mengejar kenaikan inflasi.
Sebenarnya stock beras nasional ini berkurang, karena pihak bulog tidak melakukan upaya pembelian gabah dari kalangan petani atau koperasi-koperasi petani. Karena mereka hanya membeli padi dari pedagang dan pengusaha. Dan secara otomatis menimbulkan selisih harga yang tinggi dibanding harga dari petani. Dan jumlah yang dibeli bulog tidak memenuhi jumlah standart stock nasional. Oleh karena itu letak kurangnya stock Bulog sekarang ini adalah disebabkan karena lambatnya Bulog membeli gabah-gabah petani pada masa panen raya.
Alasan yang lain masih selalu sama dengan alasan-alasan sebelumnya yaitu seputar kekeringan, gagal panen, tingginya harga beras dalam negeri sehingga Bulog tidak sanggup membeli beras dari petani, dan yang terakhir adalah untuk menutupi cadangan beras pemerintah supaya aman dalam beberapa bulan kedepan.

3. Banyaknya jumlah penduduk tidak di imbangi dengan hasil beras di dalam negeri
 Meskipun Indonesia memproduksi begitu banyak beras namu belum juga bisa mencukupi kebutuhan penduduknya dikarenakan jumlah penduduk Indonesia yang begitu banyak.
Data statistik menunjukkan sekitar 230-237 juta jiwa penduduk di Indonesia membutuhkan nasi sebagai makanan pokok. Jadi bisa dilihat, mengapa Indonesia mengimpor beras dari negara lain hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Dan salah satu negara yang sering mengekspor beras untuk Indonesia adalah Thailand.
4. Faktor Iklim
Faktor lain yang mendorong adanya impor bahan pangan adalah iklim, khususnya cuaca yang tidak mendukung keberhasilan sektor pertanian pangan, seperti yang terjadi saat ini. Pergeseran musim hujan dan kemarau menyebabkan petani kesulitan dalam menetapkan waktu yang tepat untuk mengawali masa tanam, benih besarta pupuk yang digunakan, dan sistem pertanaman yang digunakan. Sehingga penyediaan benih dan pupuk yang semula terjadwal, permintaanya menjadi tidak menentu yang dapat menyebabkan kelangkaan karena keterlambatan pasokan benih dan pupuk. Akhirnya hasil produksi pangan pada waktu itu menurun.
5. Lahan pertanian yang semakin sempit
 Penyebab impor bahan pangan selanjutnya adalah luas lahan pertanian yang semakin sempit. Dari tahun 1981 sampai tahun 1999 terjadi konversi lahan sawah di Jawa seluas 1 Juta Ha di Jawa dan 0,62 juta Ha di luar Jawa. Walaupun dalam periode waktu yang sama dilakukan percetakan sawah seluas 0,52 juta ha di Jawa dan sekitar 2,7 juta Ha di luar pulau Jawa, namun kenyataannya percetakan lahan sawah tanpa diikuti dengan pengontrolan konversi, tidak mampu membendung peningkatan ketergantungan Indonesia terhadap beras impor.
6. Mahalnya biaya tranportasi
 Faktor selanjutnya adalah  mahalnya biaya transportasi di Indonesia yang mencapai 34 sen dolar AS per kilometer. Bandingkan dengan negara lain seperti Thailand, China, dan Vietnam yang rata-rata sebesar 22 sen dolar AS per kilometer. Sepanjang kepastian pasokan tidak kontinyu dan biaya transportasi tetap tinggi, maka industri produk pangan akan selalu memiliki ketergantungan impor bahan baku.
7.Kurang berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi baru.
Kurang berpihaknya kebijakan pemerintah terhadap langkah-langkah pengembangan sektor pertanian terutama dalam hal penerapan teknologi baru di sektor pertanian seperti rekayasa genetik bibit pangan, membuat Indonesia kian sulit memenuhi kebutuhan pangan dalam negerinya
Beberapa faktor diatas sudah cukup menjelaskan mengapa Indonesia masih saja mengimpor banhan pangan dari luar padahal Indonesia terkenal dengan sumber kekayaan alamnya.
















MEKANISME KEBIJAKAN IMPOR BERAS

Kebijakan impor beras dari tahun ke tahun

Tahun 1998
Pada tahun 1998, terdapat kebijakan tarif impor nol persen. Kebijakan ini dilakukan karena kondisi krisis ekonomi yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga barang dan keadaan iklim yang tidak mendukung produksi gabah.
Tahun 2000
Pada tahun 2000, pemerintah Indonesia menerapkan kebijakan poteksi terhadap pertanian padi nasional. Kebijakan tariff nol persen pun dihapuskan. Hal ini dikarenakan impor beras dari Negara asing makin membanjiri pasar domestik Indonesia semenjak diberlakukannya Perjanjian Pertanian Organisasi Perdagangan Dunia (Agreemet of Agriculture, World Trade Organization) pada tahun 1995. Akhirnya kebijakan proteksi berupa tariff ad-valorem sebesar 30 persen ditetapkan. Selain kebijakan tariff, terdapat juga kebijakan proteksi non-tarrif. Pada saat itu, kedua kebijakan proteksi, yaitu tariff dan non tariff berjalan sangat efektif. Petani lokal sangat terlindungi serta harga beras cenderung stabil. Akan tetapi, kebijakan proteksi seperti ini sudah tidak relevan lagi jika diterapkan sekarang. Saat ini kebijakan tersebut memang sudah tidak populer dan sudah sangat jarang dipakai oleh Negara-negara di dunia. Hal ini dikarenakan globalisasi yang semakin memaksa Negara-negara untuk terbuka terhadap Negara lain. Kalaupun Negara Indonesia menerapkan tariff terhadap impor beras, tariff itu sangatlah rendah sehingga harga beras impor menjadi lebih murah dari beras lokal. Dengan kualitas beras impor yang berada di atas kualitas beras lokal, beras lokal pun menjadi kalah saing dengan beras impor.
Tahun 2011
Berdasarkan data BPS, sejak tahun 2008 produksi beras nasional selalu surplus. Tetapi sejak tahun 2008 hingga kini, Impor beras terus dilakukan. Sampai Juli 2011, Pemerintah telah melakukan pengadaan beras melalui impor sebanyak 1,57 juta ton. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), beras impor tersebut paling banyak berasal dari Vietnam yaitu 892,9 ribu ton dengan nilai US$ 452,2 juta.
Sementara beras impor Thailand, telah masuk sebanyak 665,8 ribu ton dengan nilai US$ 364,1 juta hingga Juli. Selain dari Vietnam dan Thailand, pemerintah juga mengimpor beras dari Cina, India, Pakistan, dan beberapa negara lainnya.
Mengapa Impor
Pertama, bulog mengklaim bahwa mereka mengimpor dengan tujuan mengamankan stok beras dalam negeri. Bulog berargumen bahwa data produksi oleh BPS tidak bisa dijadikan pijakan sepenuhnya. Perhitungan produksi beras yang merupakan kerjasama antara BPS dan Kementrian Pertanian ini masih diragukan keakuratannya, terutama metode perhitungan luas panen yang dilakukan oleh Dinas Pertanian yang megandalkan metode pandangan mata. Selanjutnya, data konsumsi beras juga diperkirakan kurang akurat.Data ini kemungkinan besar merupakan data yang underestimate atau overestimate. Angka konsumsi beras sebesar 139 kg/kapita/tahun sebenarnya bukan angka resmi dari BPS. Jika merujuk pada data BPS yang didasarkan pada Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS), konsumsi beras pada tahun ini mencapai 102 kg/kapita/tahun. Angka ini underestimate, karena SUSENAS memang tidak dirancang untuk menghitung nilai konsumsi beras nasional. Sebenarnya kebijakan impor beras ini juga bisa menjadi tantangan tersendiri bagi petani untuk meningkatkan produksi dan kualitas beras. Para petani dituntut untuk berproduksi bukan hanya mengandalkan kuantitas tetapi juga kualitas. Tentunya hal ini sedikit sulit terjadi tanpa adanya dukungan dari pemerintah. Hal ini dikarenakan petani lokal relatif tertinggal dari petani luar negeri terutama dalam bidang teknologi. Pemerintah harus memberi kepastian jaminan pasar sebagai peluang mengajak petani bergiat menanam komoditas tanaman pangan.
Mengapa Tidak Impor
Kebijakan yang dipilih pemerintah untuk membuka kran Impor juga mendatangkan kontra. Pada satu sisi, keputusan importasi beras tersebut berlangsung ketika terjadi kenaikan harga beras saat ini. Selain itu, produksi padi dalam negeri dinyatakan cukup, dan masa panen masih berlangsung di banyak tempat.
 Bahkan berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) II yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi padi nasional tahun ini diperkirakan mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling, meningkat 1,59 juta ton (2,40%) dibandingkan tahun 2010 lalu. Kenaikan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 313,15 ribu hektar (2,36%), dan produktivitas sebesar 0,02 kuintal per hektar (0,04%). Sementara itu, berdasarkan data Kementerian Pertanian, terdapat tiga provinsi yang mencatat surplus padi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Surplus yang tejadi pada beberapa daerah ini tentunya dapat dijadikan cadangan oleh Bulog dan untuk didistribusikan ke daerah lain yang mengalami defisit. Selanjutnya, impor beras yang terjadi di tengah produksi berlebih menurut data BPS sekarang ini memiliki dampak negatif yang panjang, seperti berkurangnya devisa negara, disinsentif terhadap petani, serta hilangnya sumber daya yang telah terpakai dan beras yang tidak dikonsumsi dan terserap oleh bulog.
















ATURAN HUKUM

 Kemendag Terbitkan Permendag Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014
Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras
Jakarta, 15 April 2014 – Kementerian Perdagangan menerbitkan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 19/M-DAG/PER/3/2014 Tentang Ketentuan Ekspor dan Impor Beras pada 28 Maret 2014. Ketentuan ini berlaku sejak tanggal diundangkan, yaitu 3 April 2014.
“Permendag ini diterbitkan mengingat beras merupakan barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia sehingga kegiatan pengadaan dan distribusi beras menjadi sangat penting dalam menciptakan stabilitas ekonomi nasional, menjaga ketahanan pangan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, serta melindungi kepentingan konsumen,” ungkap Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Bachrul Chairi pada saat sosialisasi Permendag No.19 Tahun 2014 di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, hari ini (15/4).
Dirjen Bachrul menyampaikan beberapa pokok pengaturan dalam Permendag tersebut yang terkait dengan ekspor beras yaitu ekspor beras hanya dapat dilakukan bila persediaan beras di dalam negeri telah melebihi kebutuhan.
Adapun jenis beras yang dapat diekspor meliputi beras yang tidak diproduksi melalui sistem pertanian organik, beras ketan hitam, dan beras organik dengan tingkat kepecahan paling tinggi 25%. Selain itu, ekspor beras hanya dapat dilakukan setelah mendapat persetujuan ekspor dengan memperhatikan rekomendasi dari Kementerian Pertanian, kecuali untuk ekspor beras yang dilakukan oleh Perum BULOG, persetujuan ekspornya dengan memperhatikan rekomendasi dari Tim Koordinasi.
Sementara itu untuk impor beras, lanjut Bachrul, dapat dilakukan untuk keperluan stabilisasi harga, penanggulangan keadaan darurat, masyarakat miskin, dan kerawanan pangan; keperluan tertentu guna memenuhi kebutuhan industri sebagai bahan baku/penolong yang tidak atau belum sepenuhnya dihasilkan di dalam negeri; keperluan tertentu dapat dilakukan dengan ketentuan yang terkait dengan kesehatan/dietary dan konsumsi khusus/segmen tertentu; serta beras yang bersumber dari hibah.
“Impor beras untuk keperluan kesehatan/dietary dan konsumsi khusus/segmen tertentu hanya dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan penetapan sebagai IT-Beras. Sedangkan impor beras untuk keperluan tertentu guna memenuhi kebutuhan industri sebagai bahan baku/penolong yang tidak atau belum sepenuhnya dihasilkan di dalam negeri, dapat dilakukan oleh perusahaan yang telah mendapatkan pengakuan sebagai IP-Beras dengan memperhatikan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian,” jelas Bachrul.
Jenis beras yang dapat diimpor meliputi beras dengan tingkat kepecahan paling tinggi 25%, beras pecah dengan tingkat kepecahan 100%, beras ketan pecah dengan tingkat kepecahan 100%, beras Japonica dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5%, beras ketan utuh dan beras Thai Hom Mali dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5%, serta beras kukus dan beras Basmati dengan tingkat kepecahan paling tinggi 5%.
Dirjen Bachrul juga menyampaikan persyaratan IT-Beras, antara lain fotokopi Angka Pengenal Importir Umum (API-U) yang mencantumkan bagian/section II, bukti penguasaan gudang sesuai dengan karakteristik produknya berupa fotokopi Tanda Daftar Gudang (TDG), dan surat pernyataan bermaterai cukup yang menyatakan tidak memiliki afiliasi atau hubungan kepemilikan dengan perusahaan lain yang bergerak di bidang perberasan.
IT-Beras yang akan melakukan impor beras harus mendapatkan persetujuan impor dari Kemendag dengan memperhatikan rekomendasi dari Kementerian Pertanian. Setelah memperoleh persetujuan impor, IT-Beras wajib merealisasikan impor beras paling sedikit 80% dari persetujuan impor. “Jika kewajiban realisasi impor beras paling sedikit 80% dari persetujuan impor tidak dilaksanakan, maka IT-Beras akan dicabut,” tegas Bachrul.
Pokok-pokok pengaturan lainnya yang disampaikan oleh Bachrul yaitu bahwa pada setiap pelaksanaan ekspor dan impor beras wajib dilakukan verifikasi atau penelusuran teknis di pelabuhan muat untuk ekspor dan di negara asal untuk impor. Selain itu, beras yang diimpor harus memenuhi persyaratan kemasan dan pada saat memasuki Indonesia wajib berlabel dalam Bahasa Indonesia. Dirjen Bachrul juga menyebutkan adanya penyesuaian Pos Tarif/HS pada Lampiran Permendag dari Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) Tahun 2007 ke Buku Tarif Kepabeanan Indonesia (BTKI) Tahun 2012.s















Kaitan Politik Terhadap Impor Beras
Politik Beras Indonesia
Carut marutnya kondisi perberasan di Indonesia merupakan implikasi dari politik beras yang telah diterapkan pemerintah. Perburuan rente ekonomi merupakan faktor utama yang melatarbelakangi diterapkannya kebijakan perberasan di Indonesia.[9]supply dan demand(mekanisme pasar) semata. Akibatnya ketika harga beras melambung penyebabnya disandarkan pada tingkat supplydemand masyarakat. Sehingga untuk mengatasi gejolak harga solusi yang ditempuh dengan menyeimbangkan tingkat supply. Maka tidaklah aneh jika pemerintah selalu berpikir instan, yakni impor beras. Sedangkan HPP dibuat pemerintah sebagai jangkar harga beras. Dengan berlindung di balik argumentasi melindungi kepentingan rakyat agar harga beras dapat dijangkau oleh masyarakat, pemerintah hanya melihat harga beras dan pemenuhan pasokan beras dari sisi beras lokal yang tidak mampu memenuhi tingkat
Pola pikir mekanisme pasar serta supply dan demand merupakan watak Kapitalis yang menjadi asas kebijakan pemerintah. Dalam kasus kenaikan harga beras awal tahun ini, pemerintah seperti yang dinyatakan wapres Jusuf Kalla menganggap kenaikkan harga beras antara Rp 5.000 – Rp 6.000 sebagai cermin mekanisme pasar telah berjalan dengan baik. Untuk menurunkan harga beras yang telah naik tersebut, harus ditempuh dengan menambah pasokan beras. Karena petani belum panen, pemerintah menganggap impor beras sebagai jalan terbaik.[10]
Menurut pemerintah kebijakan impor beras sangat diperlukan tidak hanya untuk mengembalikan harga beras pada tingkat yang dapat dijangkau oleh masyarakat tetapi juga untuk menekan angka kemiskinan. Sebab dengan menjaga harga beras melalui pasokan beras impor, pemerintah berupaya mengurangi beban hidup orang miskin termasuk di kalangan petani sendiri. Dengan kata lain pemerintah menjadikan impor beras sebagai salah satu solusi untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Argumentasi pemerintah impor beras dapat mengurangi kemiskinan didukung oleh hasil penelitian Bank Dunia terbaru yang berjudul Era Baru dalam Pengentasan Kemiskinan di Indonesia. Menurut penelitian ini penyebab utama meningkatnya angka kemiskinan periode Februari 2005 – Maret 2006 adalah karena kenaikkan harga beras sebesar 33% sebagai akibat adanya larangan impor.[11]
Memang benar kenaikkan harga beras sangat berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat khususnya masyarakat menengah ke bawah. Tetapi kemiskinan yang terjadi bukanlah disebabkan oleh pelarangan impor beras melainkan karena struktur ekonomi yang timpang sebagai akibat kebijakan Kapitalisme pemerintah. Hasil penelitian Bank Dunia tersebut hanyalah alat legitimasi untuk membuka kran impor beras oleh pemerintah. Penelitian tersebut tak ubahnya “pelacuran intelektual” sebagaimana kita pernah mendapatkan hasil penelitian LPEM UI tahun 2005 lalu yang menyatakan pencabutan subsidi dan kebijakan menaikkan harga BBM akan mengurangi angka kemiskinan. Adalah sangat menggelikan jika negeri ini dalam menuntaskan kemiskinan menerima geitu saja resep Bank Dunia melalui metode impor beras dan pencabutan subsidi.
Kenyataan OP beras yang dilakukan pemerintah melalui Bulog tidak dijual di bawah harga HPP membuktikan bahwa Bulog ingin mendapatkan keuntungan dari selisih harga HPP dengan harga jual. Harga HPP beras yang telah ditetapkan pemerintah sebesar Rp 3.550/kg, sementara Bulog menjual dengan harga Rp 4.000/kg walaupun kemudian pemerintah menurunkannya lagi menjadi Rp 3.700/kg. Sebagai simulasi, OP yang digelar Bulog di seluruh daerah berjumlah 68 ribu ton untuk bulan Februari 2007. Dengan harga OP Rp 3.700/kg keuntungan kotor yang diperoleh Bulog sebesar Rp 150/kg atau sekitar Rp 10,2 milyar untuk penjualan 68 ribu ton beras OP. Bila dengan membeli beras petani di bawah harga HPP saja Bulog sudah mendapatkan untung cukup besar, apalagi bila beras yang dijual ke masyarakat adalah beras impor dengan harga pokok yang jauh lebih murah dan dijual dalam jumlah besar. Satu informasi menyatakan beras Vietnam harganya Rp 2.200/kg[12] dengan harga OP Rp 3.700/kg berarti setidaknya terdapat Rp 1.500 selisih harga beli dengan harga jualnya. Bila beras yang diimpor dan dijual ke masyarakat sebanyak 500 ribu ton maka keuntungan kotor sudah menjanjikan sebesar Rp 750 milyar. Ini baru berbicara Bulog saja belum lagi keuntungan yang dapat diperoleh oleh pedagang besar dan importir swasta.
Kebijakan impor beras yang dikatakan pemerintah untuk menolong daya beli petani justru mendapatkan tentangan dari para petani sendiri. Para petani yang tergabung dalam Jaringan Petani Nelayan Indonesia menolak kebijakan impor beras karena tidak menyelesaikan masalah pasokan dan harga beras yang melambung. Menurut mereka permasalahan terletak pada manajemen stok dan manajemen distribusi. Menurut Icu Zukafril, Koordinator Nasional Jaringan Petani Nelayan Indonesia, kebutuhan beras Indonesia tahun 2006 sebanyak 32 juta ton dan masih terdapat surplus beras 2,7 juta ton sehingga tidak masuk akal bila impor beras dilakukan.[13]

Kaitan Ekonomi Terhadap Impor Beras
Impor Beras Rusak Ekonomi Bangsa 

Beberapa waktu yang lalu terjadi polemik yang cukup ramai tentang masalah impor beras. Di satu pihak dikemukakan bahwa impor beras harus dilakukan sebagai upaya pengamanan pangan dan di pihak lain impor beras tersebut ditakutkan akan menghancurkan keberadaan para petani beras nasional. Pada akhirnya impor beras swasta tetap boleh dilaksanakan dengan pengenaan biaya masuk yang cukup tinggi. Tindakan mengimpor, dan juga mengekspor, dalam kamus ekonomi makro sebenarnya adalah hal yang biasa. Jika kebutuhan konsumsi belum dapat dipenuhi dari hasil produksi dalam negeri, artinya terjadi axcess demand, maka car pemenuhannya adalah dengan melakukan impor. Dan sebaliknya jika produksi melebihi konsumsi, yakni terjadi excess  suplly, kegiatan impor ekspor beras bahkan harus terjadi jika masing-masing negara telah melakukan produksi nasionalnya sesuai dengan kondisi comparative advantages masing-masing.
Adanya kebijakan pemerintah mengimpor beras dengan sendirinya memojokan petani di wilayah yang. Para petani merasa bahwa pemerintah tidak berpihak pada kepentingan petani kecil. Sebab dengan impor beras itu menyebabkan harga dasar gabah tetap rendah. Padahal petani yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia selain telah banyka berjasa bagi negara juga selalu menjadi pangkal dan tujuan produksi pangan.
Bisnis.com, DENPASAR - Pengamat pertanian Gede Sedana menilai kebijakan pemerintah yang masih mempertahankan impor beras sangat merugikan petani dan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian nasional.
"Pemerintah pada sisi lain belum mampu membuat kebijakan yang baik dalam mendukung keberlangsungan hidup petani," kata Dr Gede Sedana yang juga Dekan Fakultas Pertanian Universitas Dwijendra Denpasar, Minggu (17/5/2015).
Menurutnya, impor beras secara tidak langsung menyudutkan posisi petani di tengah gencarnya program pemerintah untuk mampu meraih kembali swasembada pangan yang pernah disandang Indonesia pada 1984.
"Impor beras membawa konsekwensi terhadap turunnya harga gabah di tingkat petani, disinsentif bagi petani untuk meningkatkan produktivitas padi, mengurangi cadangan devisa dan ketergantungan terhadap pangan luar negeri," ucapnya.
Gede Sedana menyarankan pemerintah untuk menghindari impor beras secara berkelanjutan dengan meningkatkan produktivitas dan produksi padi secara nasional.
Upaya tersebut dapat ditempuh dengan melakukan promosi pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis usahatani padi.
Berbagai program promosi dapat dilakukan secara berkelanjutan menyangkut pengembangan infrastruktur mendukung usahatani padi dan meningkatkan akses petani terhadap sarana produksi dan sumber permodalan.
Selain itu meningkatkan mutu intensifikasi uasahatani padi dengan menggunakan teknologi maju, menerapkan ekstensifikasi lahan pertanian terutama di luar Jawa serta meningkatkan akses petani terhadap sarana pengolahan pasca-panen dan pemasaran.
Untuk itu diperlukan adanya kebijakan yang implementasinya khususnya mengenai pembelian gabah oleh pemerintah apakah melalui Bulog atau Perusahaan Umum Daerah dengan harga yang sangat layak bagi petani.
Upaya itu untuk menggairahkan petani berusahatani secara intensif dan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan para petani. "Pada sisi lain pemerintah wajib menjaga harga beras sehingga tidak merugikan konsumen termasuk petani itu sendiri," ujar Gede Sedana.
Walaupun di negeri ini sudah ada petani yang sangat maju, namun tidak ada kaum tani yang tidak terkena dampak industri dan komunikasi modern. Kaum tani sederhana dekat dengan tanah dan dengan alam. Mereka hidup berdekatan dan saling memberi perhatian satu sama lain. Dengan kata lain, mereka mengalami harmoni kosmis maupun harmoni sosial. Namun situasi baru lebih dialami sebagai disharmoni baik kosmis maupun sosial.

Kaum tani tidak selalu dalam situasi bebas untuk mengolah, memelihara dan mengembangkan tanah pertaniannya, entah karena peraturan daerah, atau karena pencemaran industri. Penghisapan kaum tengkulak membuat kaum tani tidak menikmati hasil keringatnya secara wajar.

Sejak digalakkan ekspor nonmigas, perebutan tanah semakin menjadi-jadi, yang tidak jarang disertai teror dan manipulasi sebagaimana yang dikeluhkan para petani kecil. Jadi, bukan hanya hasil keringat yang tidak bisa dinikmati, melainkan modal tanah yang digerogoti. Berhadapan dengan penguasa dan pengusaha, kaum tani kecil tidak dapat polah.

Dalam proses pengambilan keputusan maupun proses produksi dan jual beli dalam kehidupan politis dan ekonomis, kaum tani kecil tidak menjadi subyek melainkan sebagai obyek. Kepentingan mereka kurang atau tidak diperhitungkan. Mereka semakin dicabut dari situasi harmoni dan semakin memasuki disharmoni, baik kosmis maupun sosial.

Meskipun para petani selalu mengalami panen, namun tidak diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan ekonomi petani dan rakyat di pedesaan pada umumnya. Harga gabah yang diterima para petani, walaupun selalu diperbaiki oleh pemerintah, masih selalu rendah dibandingkan dengan harga yang diterima oleh produsen di sektor industri. Rendahnya harga pokok pertanian, khususnya gabah, menyebabkan kesejahteraan petani belum meningkat. Tetapi, tidak berarti petani miskin, hanya memang peningkatan itu relatif kecil bila dibanding industri.

Perbedaan kesejahteraan antara petani dan para produsen di sektor industri sedemikian besarnya sehingga terjadi ketidakadilan. Hal ini dapat dilihat dalam kenyataan sehari-hari bahwa para petani harus selalu hidup dengan pas-pasan sementara produsen barang industri hidup serba mewah.

Para petani Indonesia berabad-abad lamanya telah mampu mencukupi kebutuhan pangan keluarga mereka karena mereka mampu menciptakan teknologi sendiri dan mau bekerja keras. Jika diamati di semua wilayah memang tidak ada petani Indonesia yang malas, sebab malas akan membawa mati menghadapi segala rintangan alam yang mereka hadapi.

Rendahnya kesejahteraan petani bukan karena sikap mental para petani. Sektor pertanian, khususnya pertanian pangan adalah sektor ekonomi yang diatur pemerintah. Campur tangan pemerintah ini pada hakikatnya merubah petani dari produsen menjadi pekerja dalam proses produksi pangan. Seperti halnya seorang buruh, mereka tidak bebas menentukan apa yang mereka ingin lakukan.

Seperti halnya buruh, petani padi pada akhir panen menerima upah berupa harga dasar gabah yang ditentukan oleh pemerintah tanpa konsultasi dengan petani. Yang menarik di sini adalah bahwa jarang petani mampu menjual padi mereka berdasarkan harga dasar yang ditentukan pemerintah.

Bertolak dari posisi petani tersebut, maka pemerintah perlu lebih memperhatikan nasib mereka itu. Dituntut konsistensi pemerintah terhadap kebijakan pembangunan sektor pertanian yang mengarah ke stabilitas ketahanan pangan dengan memperhatikan nasib petani. Ketahanan pangan ini sudah menjadi prioritas kebijakan nasional, namun nasib petani belum mendapat prioritas.
SURABAYA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo mengatakan sudah memperkirakan, kenaikan harga beras beberapa waktu lalu akibat permainan spekulan di pasar beras.
"Desember ke Januari ada usul ke saya, posisi stok beras bahaya, kita harus impor. Sebentar saya cek dulu, lalu saya putuskan, ini masih berani sampai panen raya. Yang terjadi, spekulasi. Harga beras jadi naik. Ini risiko yang harus diambil, saya jadi tidak populer," kata Jokowi di Masjid Nasional Al-Akbar Kota Surabaya, Jumat (17/4/2015) malam.

Di hadapan sekitar 2.000 anggota Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang sedang merayakan Hari Lahir Ke-55 dan Muktamar Pergerakan, Jokowi mengatakan bahwa sudah bertahun-tahun Indonesia menjadi pengimpor 3,5 juta ton beras per tahun. Oleh karena itu, pada akhir tahun lalu, ia mengambil risiko untuk menghentikan impor, meski paham terhadap dampak kenaikan harga yang pasti akan terjadi.

"Kalau impor, petani kita jadi malas berproduksi. Ini saya sering sulit jelaskan, tetapi harus saya jelaskan secara gamblang. Kalau tidak impor, harga naik. Kalau impor, petani jadi tidak rajin berproduksi," kata dia.
Walau Presiden Joko Widodo mengatakan demikian namun data statistic impor beras sangan besar
Jakarta -Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan Indonesia masih mengimpor beras sebanyak 7.912 ton senilai US$ 3,1 juta pada Februari 2015. Turun dibandingkan sebulan sebelumnya yaitu 16.600 ton atau US$ 8,3 juta.

Suryamin, Kepala BPS, menyebutkan, beras yang diimpor bukanlah yang biasa dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat. Beras tersebut adalah beras khusus yang memang belum bisa diproduksi di dalam negeri.

"Beras yang diimpor itu memiliki kriteria khusus. Ada jenis-jenisnya dan hampir semua itu tidak bisa diperoleh di dalam negeri," kata Suryamin dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Rabu (15/4/2015).

Pertama, lanjut Suryamin, adalah beras yang dijadikan bibit. "Jadi jenis tertentu yang digunakan untuk bibit," ujarnya.

Kedua, tambah Suryamin, adalah untuk kebutuhan restoran makanan non Indonesia. "Misalnya untuk beras di restoran Jepang, India, Vietnam. Itu nggak bisa menggunakan beras lokal," tutur Suryamin.

Ketiga, menurut Suryamin, adalah beras untuk bahan tepung khusus. "Itu kan harus beras dengan patahan cukup tinggi," ucapnya.

Keempat, demikian Suryamin, adalah beras untuk penyandang penyakit tertentu. Misalnya beras untuk penderita diabetes.

Dampak Kebijakan Impor Beras

Dampak positif
      Kebutuhan Masyarakat Terpenuhi
      Sebagai upaya antisipasi menahan laju peningkatan harga beras
      Relatif lebih murah dari beras local (dalam aspek harga)
      Dampak bagi pemerintah adalah Kebijakan ini dikhawatirkan akanmengurangi kredibilitas Negara Indonesia sebagai Negara agraris,
      Indonesia semakin jauh dari keinginan untuk mewujudkan ketahanan pangan 
       pengeluaran devisa negara yang cukup besar untuk melaksanakan impor
      produk pertanian dalam negeri tidak mampu bersaing dengan produk pertanian luar negeri
       
           
Dampak negatif
      Terjadi persaingan harga 
      Membuat bangsa terutama pemerintah terlena, lupa bahwa negara ini awalnya adalah negara swasembada beras, bakhan pernah menjadi negara pengekspor beras
      Merugikan Petani
      Menciptakan persaingan sendiri bagi negaranya
      Membuat banyak terjadi pengangguran
      Menciptakan sifat konsumerisme
           

























Kesimpulan

Dari pembahasan di atas mengenai kebijakan impor beras yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
 
Impor beras merupakan strategi pemerintah untuk menahan laju inflasi dan jugakarena Bulog kekurangan stok beras untuk cadangan.Indonesia masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan di Negeri sendiri.

Dengan adanya kebijakan ini dikhawatirkan Indonesia akan kehilangankredibilitasnya sebagai Negara agraris, selebihnya keinginan Indonesia untukmewujudkan ketahanan pangan juga akan semakin jauh dari kenyataan.Berdasarkan pemaparan masalah diatas, peneliti menyarakan pemerintahkhususnya Bulog untuk lebih memperhatikan dan merealisasikan manajemen stokyang lebih baik serta memaksimalkan penyerapan beras lokal dari petani-petani lokal,sehingga stok beras dapat diatur dengan baik dan petani Indonesia pun dapatmeningkatkan kesejahteraan hidup mereka.Penelitian ini terbatas pada lingkup impor beras yang dijadikan sebagai objek penelitian. Diharapkan dengan adanya penelitian ini mampu memicu penelitiselanjutnya untuk lebih mengembangkan kerangka berpikir supaya dapat bermanfaat bagi banyak pihak.



Monday, March 28, 2016

cara menghilangkan komedo

5 CARA MENGHILANGKAN KOMEDO SECARA ALAMI DAN CEPAT

Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami – Komedo merupakan penyumbatan pada pori-pori kulit sehingga muncul tonjolan kecil berwarna putih yang disebut whitehead dan yang berwarna hitam dikenal sebagai blackhead, pada sekitar kulit atau wajah anda. Terkadang komedo juga berwarna kekuningan. Biasanya sasaran utama munculnya komedo yaitu pada wajah, area hidung dan sekitar mata. Komedo dapat berkembang menjadi jerawat, yang dikenal sebagai papul atau pustule. Komedo secara umum biasanya muncul dan berkembang pada saat dan setelah masa pubertas, ketika kadar hormon menghasilkan sebum yang berlebih. (Baca juga: 15 Cara Menghilangkan Jerawat)
Cara Menghilangkan Komedo Secara Alami
Sebum yang berfungsi untuk melembabkan kulit tersebut mengalir keluar dari pori-pori yang terbuka. Kadang-kadang keluarnya sebum juga tersumbat dan disitulah bakteri mulai menumpuk. Bagi anda yang terkena masalah ini jangan khawatir untuk mencari solusinya karena disini akan dijabarkan penjelasan mengenai cara menghilangkan komedo secara alami. Memang cara ini nampak gampangan dan murahan, tapi tunggu dulu jangan langsung menilai dari luarnya saja tapi khasiat yang terkandung didalamnya akan sangat ampuh dan hasilnya pun tidak akan mengecewakan. Mungkin perlu tingkat kesabaran yang lebih ekstra untuk melakukan hal ini karena ini bukan cara yang instant dan cepat, karena dibutuhkan keteraturan anda dalam menerapkanya untuk mendapatkan hasil maksimal.

CARA MENGHILANGKAN KOMEDO SECARA ALAMI

Berikut ini 5 cara alami untuk menghilangkan komedo yang bisa anda lakukan di rumah tanpa pergi ke klinik kecantikan. Mari kita simak bersama.
1. PEPAYA
Buah pepaya sudah sangat terkenal akan khasiatnya untuk perawatan maupun kecantikan kulit wajah. Salah satu keunggulan pepaya adalah untuk mengatasi komedo. Papain yang terkandung di pepaya membantu pengangkatan sel kulit mati. Selain itu pepaya mengandung proteolitik yang bermanfaat untuk mencegah dan menghilangkan jerawat serta komedo.
  • Caranya cukup mudah, yaitu buatlah masker pepaya. Lembutkan potongan buah papaya hingga mirip bubur secukupnya dan kemudian oleskan pada sekitar wajah yang nampak terdapat komedo secara merata. Biarkan beberapa saat lalu bilas dengan air bersih. Anda bisa melakukan hal ini pada saat bangun pagi dan menjelang tidur malam.
2. LIDAH BUAYA
Gel lidah buaya sangat berkhasiat untuk mengatasi komedo anda. Lidah buaya mengandung 2 jenis hormon, yakni Auksin dan Giberelin, hormon penyembuhan dan anti-inflamasi yang membantu untuk mengurangi peradangan pada kulit. Selain itu, lidah buaya adalah pelembab alami yang bagus untuk kulit.
  • Caranya yaitu siapkan 1 batang lidah buaya, kemudian iris menjadi dua bagian. Ambil lendir atau gelnya dan oleskan pada area hidung maupun wajah anda yang berkomedo. lakukan secara rutin 1-2 kali sehari sampai komedo anda tak nampak kembali. Jika gel yang dihasilkan dirasa kurang, anda juga bisa memblender/juice potongan lidah buaya tersebut.
3. JUS LEMON
Cara menghilangkan komedo secara alami selanjutnya yaitu dengan menggunakan jus lemon atau jeruk nipis. Lemon sangat efektif untuk menghilangkan minyak berlebih pada wajah. Lemon mengandung asam alpha-hydroxy yang bagus untuk mencegah jerawat, komedo serta masalah kulit lainnya. Asam sitrat pada lemon juga membantu mengencangkan pori-pori yang berfungsi mencegah munculnya komedo.
  • Caranya yaitu siapkan jus lemon, campurkan dengan minyak almond dan gliserin. Campurkan ketiga bahan tersebut dan haluskan menggunakan blender. Setelah itu oleskan pada area yang berkomedo secara merata, tunggu beberapa 10 menit lalu bilas memakai air bersih. Cara ini juga ampuh untuk menghilangkan noda-noda flek hitam pada wajah anda. Anda juga bisa membuat scrub, dengan campuran air lemon, air garam, madu dan yoghurt. Campurkan bahan tersebut lalu gosokkan lembut di area yang terkena komedo.
4. MASKER PUTIH TELUR
Khusus untuk hal ini ambil bagian putih telurnya saja untuk mengatasi masalah komedo anda. Putih telur sangat bagus untuk membersihkan kulit, mengangkat sel kulit mati, menyerap minyak berlebih dan mengencangkan pori-pori.
  • Caranya yaitu dengan balurkan putih telur (anda juga bisa menambahkan satu sendok madu) pada wajah yang terserang komedo atau hidung anda secara merata, kemudian diamkan sampai terasa mengering, sekitar 25-30 menit. Selanjutnya basuh muka anda menggunakan air hangat.
5. MADU DAN SUSU
Madu dan susu memiliki beberapa sifat yang bermanfaat untuk kulit. Susu memiliki asam laktat yang dapat membuat kulit lebih lembut. Sedangkan madu memiliki sifat antibakteri. Keduanya bagus untuk menghilangkan komedo dengan cepat.
  • Caranya: siapkan 1 sendok teh susu, 1 sendok makan madu (usahakan madu murni) dan selembar kapas kecantikan (biasanya berbentuk persegi). Campurkan madu dan susu, lalu hangatkan (bisa dimasak) selama 5-10 detik hingga menjadi pasta. Tunggu agak dingin, lalu usap pasta ke bagian komedo. Setelah itu tempelkan kapas ke area tersebut. Tunggu hingga mengering, kurang lebih 20 menit, lalu kupas kapas dibantu dengan air bersih. Lakukan secara teratur setiap hari.
6. UAP AIR PANAS
Nah, biasanya jika anda sedang merebus air, maka manfaatkan uap air panasnya untuk menghilangkan komedo anda. Selain itu cara efektif lainnya adalah dengan menambahkan sedikit garam pada rebusan air tersebut, kemudian tunggu sampai mendidih, lalu uapi wajah atau area yang berkomedo selama 5-10 menit lamanya. Untuk lebih maksimal, tutup kepala anda dengan handuk, lalu duduk dan hadapkan wajah anda di depan air panas yang ditaruh di baskom. Metode ini juga bagus untuk memperlancar peredaran darah dan meredakan batuk flu.

TIPS MENCEGAH TIMBULNYA KOMEDO

Selain cara mengatasi komedo diatas, yang juga penting adalah menjaga agar komedo tidak muncul kembali. Berikut ini langkah-langkah preventif untuk menghindari munculnya komedo, yaitu antara lain:
  • Mencuci wajah dua kali sehari dengan pembersih minyak atau pembersih jerawat.
  • Hindari rokok dan polusi yang berlebihan, pakailah masker pada saat di luar.
  • Menggunakan make-up, lotion dan wajah pembersih yang diperuntukkan untuk wajah berminyak.
  • Hapus bersih make-up anda sebelum tidur dengan air hangat.
  • Mengurangi asupan makanan berminyak, seperti cokelat, makanan goreng, dan fast food.
  • Mengkonsumsi makanan yang mengandung beta-karoten.
  • Jangan pernah meremas komedo karena dapat menyebabkan bakteri menyebar sehingga menimbulkan komedo baru dan bekas luka.
Demikianlah tips dan cara menghilangkan komedo secara alami. Anda bisa mempraktekannya di rumah tanpa perlu ke klinik kencatikan, tentunya harus telaten ya. Semoga berhasil dan mendapatkan hasil sesuai keinginan anda. Jika cara tersebut tidak bekerja efektif maka alangkah baiknya untuk berkonsultasi pada dokter spesialis kulit maupun ahli terapis alami untuk mendapatkan perawatan selanjutnya. Terima kasih.